“The Killer”: Ulasan Film Thriller David Fincher

David Fincher, sutradara ternama yang telah menyutradarai beberapa film terkenal sepanjang masa seperti Se7en, Fight Club, The Social Network, dan Gone Girl, kembali menghadirkan sebuah film thriller baru berjudul “The Killer”. Film ini dibintangi oleh Michael Fassbender sebagai seorang pembunuh bayaran yang dingin dan perhitungan. Meskipun “The Killer” menampilkan sentuhan-sentuhan arahan brilian ala Fincher, namun film ini terasa kurang konsisten dalam beberapa aspek, meninggalkan kesan campur aduk bagi penonton.

Pengarahan dan Gerakan Kamera yang Terencana

Salah satu aspek yang mencolok dalam film “The Killer” adalah pengarahan dan gerakan kamera terencana ala Fincher. Bagi siapapun yang pernah bekerja dengan Fincher, mereka pasti tahu betapa telitinya dia dalam pengambilan gambar, bahkan hingga melakukan pengambilan gambar berulang-ulang dalam jumlah yang melelahkan. Dia adalah seorang jenius – seorang psikopat, tapi seorang jenius mutlak. Gerakan kamera dalam film ini selalu tepat dan menarik secara visual. Gaya khas Fincher terlihat pada setiap adegan, dengan kemampuannya dalam menciptakan ketegangan dan atmosfer melalui setiap saat. Bakatnya dalam membangun ketegangan melalui pengaturan framing dan pacing tercermin dalam film ini, meskipun terkadang hasilnya tidak se konsisten dengan karya-karya terdahulunya.

Pencahayaan dan Framing yang Menakjubkan

Pencahayaan dan framing dalam film “The Killer” merupakan sesuatu yang luar biasa. Visual gelap dan melankolis sempurna melengkapi nada seram dan misterius dalam narasi. Penggunaan bayangan dan pencahayaan rendah oleh Fincher meningkatkan ketegangan dan rasa tidak nyaman, serta menambah kedalaman dalam atmosfer film. Framing yang dihasilkan juga sangat sempurna, menarik perhatian penonton dan memandu mereka melalui cerita dengan presisi.

Perspektif Unik dari Karakter Utama

Salah satu aspek paling unik dan berani dalam film “The Killer” adalah keputusannya untuk mempertahankan perspektif yang hampir sepenuhnya dari sudut pandang karakter utama. Pilihan ini memberikan wawasan menarik ke dalam pikiran seorang pembunuh profesional. Hal ini memungkinkan penonton melihat dunia melalui mata sang pembunuh, menyoroti pendekatan metodisnya dalam pekerjaan mematikannya. Perspektif ini menawarkan pengalaman naratif yang segar dan tidak konvensional, memberikan kompleksitas pada film. Hal ini juga tercermin dalam desain suara, di mana musik yang didengar oleh sang pembunuh berubah volume tergantung pada setiap adegan.

Kelemahan dalam Film Ini

Satu-satunya kelemahan dalam film “The Killer” adalah kecenderungannya untuk terasa membosankan pada beberapa momen, terutama karena penggunaan berlebihan narasi. Meskipun Fincher berhasil menggunakan suara latar dalam Fight Club, pemakaian suara latar tidak bekerja dengan baik di sini. Sebagian besar pemikiran dan tindakan sang pembunuh disampaikan melalui monolog dalam dirinya, dan kebanyakan waktu, terasa seolah kita tidak perlu mendengarnya. Terkadang, terasa seperti ketegangan dalam film ini akan lebih besar jika kita tidak mendengar suara sang pembunuh menjelaskan segala hal yang kita tonton.

Naskah film “The Killer” juga merupakan area lain yang perlu ditingkatkan. Cerita balas dendam yang familiar ini kurang memiliki kedalaman dan resonansi emosional yang seharusnya dimiliki oleh sebuah kisah seperti ini. Premisnya terasa mirip dengan apa yang telah kita lihat dalam film seperti The Fugitive dan Without Remorse. Karakter-karakternya, termasuk sang pembunuh bayaran, terasa agak datar, sehingga penonton memiliki sedikit perasaan terlibat secara emosional. Banyak dari orang-orang yang dijumpai sang pembunuh dalam film hanya muncul dalam waktu yang singkat. Potensi film untuk menjelajahi dilema moral atau pengembangan karakter yang kompleks terbuang sia-sia demi narasi yang lebih sederhana, meskipun kurang menarik.

Ada momen-momen yang sangat luar biasa sepanjang film ini. Terkadang terasa seperti kita sedang menyaksikan film aksi pertama karya Fincher, dengan urutan mengendarai sepeda motor yang sempurna diatur untuk membuat penonton memahami keadaan dalam pikiran sang pembunuh. Ada juga humor yang terjadi dengan tepat waktu dan cerdas, serta penempatan produk yang sengaja dilakukan. Namun, inti emosional yang mendorong kemajuan sang pembunuh masih kurang, terkadang terasa seperti kita sedang menyaksikan versi lain dari The Equalizer. Aneh bagaimana sebuah film karya Fincher bisa terasa begitu konvensional, padahal gayanya justru tidak demikian. Pencahayaan dan framingnya sempurna, tetapi tidak ada yang membuat kita terkesan dengan kemampuan luar biasanya di balik kamera.

Meskipun film ini memiliki kekurangan-kekurangan, “The Killer” masih berhasil mempertahankan tingkat intrik dan ketegangan sepanjang durasinya. Momen-momen membosankan yang kadang terjadi dan naskah yang biasa-biasa saja berhasil diimbangi dengan pengarahan bergaya Fincher dan palet warna yang indah. Elemen visual yang kuat dan sinematografi atmosfer menciptakan lingkungan yang menarik untuk cerita berkembang. Saya berharap film ini lebih mampu menggugah emosi penonton daripada yang dilakukan saat ini, dan saya harap film ini mencapai prestasi yang lebih tinggi.

“The Killer” adalah bukti kemampuan penyutradaraan tak tergoyahkan dari David Fincher, terutama dalam hal pengambilan gambar, pencahayaan, dan framing. Namun, film ini terhalang oleh narasi yang berlebihan, naskah yang biasa-biasa saja, dan keterikatan pada cerita balas dendam yang sebenarnya sudah pernah kita saksikan sebelumnya dengan kualitas yang lebih baik. Meskipun tidak mencapai ketinggian karya-karya sebelumnya, film ini tetap menawarkan pengalaman sinematik yang bergaya dan kadang-kadang penuh ketegangan. Bagi penggemar gaya khas sutradara ini, “The Killer” mungkin layak ditonton, tetapi mungkin akan membuat sebagian penonton mengharapkan cerita yang lebih mendalam dan berkesan secara emosional.

SCORE: 5/10

Seperti yang dijelaskan dalam kebijakan ulasan JendelaFilm, skor 5 sama dengan “Biasa saja”. Aspek positif dan negatif saling meniadakan sehingga menyulitkan memberikan penilaian yang tegas.

Penafakan: JendelaFilm menghadiri New York Film Festival untuk ulasan kami tentang “The Killer”.

Leave a Comment

Artikel Lainnya